Makalah Filsafat
Rasionalisme dan Empirisme
BAB
I
PENDAHULUAN
Ada orang yang berkata, bahwa orang harus berfilsafat, untuk
mengetahui apa yang disebut filsafat itu. Mungkin ini benar, hanya kesulitannya
ialah: bagaimana ia tahu, bahwa ia berfilsafat? Mungkin ia mengira sudah
berfilsafat dan mengira tahu pula apa filsafat itu, akan tetapi sebenarnya
tidak berfilsafat, jadi kelirulah ia dan dengan sendirinya salah pula sangkanya
tentang filsafat itu.
Menyibukkan diri dibidang filsafat bukanlah suatu kegiatan
yang hanya dilakukan oleh segelintir ahli saja. Dalam kehidupan sehari-hari
manusia dilindungi oleh aneka macam peristiwa yang langsung dialaminya, seperti
bangun tidur, mengenakan pakaian, bekerja dan beristirahat. Atau yang tidak
langsung sampai kepadanya, namun juga dianggap biasa saja, seperti misalnya
berita dalam surat kabar atau radio mengenai perkembangan mutakhir dalam
politik internasional, bencana alam disalah satu negeri nan jauh atau
peristiwa-peristiwa menakjubkan.
Ketika itu dunia barat telah biasa membagi tahapan sejarah
pemikiran menjadi tiga periode yaitu: Ancient, Medieval, dan zaman
modern. Zaman modern sangat dinanti nantikan oleh banyak pemikiran manakala
mereka mengingat zaman kuno ketika peradaban begitu bebas, pemikiran tidak
dikekang oleh tekanan-tekanan diluar dirinya. Kondisi semacam itulah yang
hendak dihidupkan kembali pada zaman modern.
Pada abab ke-13 di Eropa sudah timbul sistem filsafat yang
boleh disebut merupakan keseluruhan. Sistem ini diajarkan disekolah-sekolah dan
perguruan tinggi. Dalam abab ke-14 timbulah aliran yang dapat dinamai
pendahuluan filsafat modern. Yang menjadi dasar aliran baru ini ialah kesadaran
atas yang individual yang kongkrit.
Tak dapat dipungkiri, zaman filsafat modern telah dimulai,
dalam era filsafat modern, dan kemudian dilanjutkan dengan filsafat abab ke-
20, munculnya berbagai aliran pemikiran, yaitu: Rasionalisme, Emperisme,
Kritisisme, Idealisme, Positivisme, Evolusionisme, Materalisme,
Neo-Kantianisme, Pragmatisme, Filsafat hidup, Fenomenologi, Eksistensialisme,
dan Neo-Thomisme.
Namun didalam pembahasan kali ini yang akan dibahas aliran
Resionalisme (rene Descartes, spiniza, Leibniz), dan Empirisme (Francius Bacon,
Thomas Hobbes. John lecke David Hume).
BAB
II
PEMBAHASAN
A. RASIONALISME
Rasionalisme merupakan sumber kebenaran. Hanya rasio sajalah
yang dapat membawa orang pada kebenaran. Yang benar adalah tindakan akal yang
terang benderang yang disebut Ideas
Claires el Dstinctes (Pikiran yang terang benderang dan terpilah-pilah).
Rasionalisme adalah paham filsafat yang menyatakan bahwa akal adalah alat
terpeting untuk memperoleh pengetahuan. Menurut aliran rasionalisme suatu pengetahuan
diperoleh dengan cara berpikir.
Latarbelakang munculnya rasionalisme adalah keinginan untuk
membebaskan diri dari segala pemikiran tradisional (scholastic), yang pernah
diterima, tetapi ternyata tidak mampu mengenai hasil-hasil ilmu pengetahuan
yang dihadapi. Pada tokoh aliran Rasionalisme diantaranya adalah Descartes
(1596- 1650 M ).
1. Rene
Descartes ( 1596- 1650 M )
Descartes disamping tokoh rasionalisme juga dianggap sebagai
bapak filsafat, terutama karena dia dalam filsafat-filsafat sungguh-sungguh
diusahakan adanya metode serta penyelidikan yang mendalam. Ia ahli dalam ilmu
alam, ilmu hukum, dan ilmu kedokteran.
Ia yang mendirikan aliran Rasionalisme berpendapat bahwa
sumber pengetahuan yang dapat dipercayai adalah akal. Ia tidak puas dengan
filsafat scholastik karena dilihatnya sebagai saling bertentangan dan tidak ada
kepastian. Adapun sebabnya karena tidak ada metode berpikir yang pasti.
Descartes merasa benar-benar ketegangan dan ketidak pastian
merajalera ketika itu dalam kalangan filsafat. Scholastic tak dapat memberi
keterangan yang memuaskan kepada ilmu dan filsafat baru yang dimajukan ketika itu
kerapkali bertentangan satu sama lain.
Descartes mengemukakan metode baru yaitu metode
keragu-raguan. Seakan- akan ia membuang segala kepastian, karena ragu-ragu itu
suatu cara berpikir. Ia ragu- ragu bukan untuk ragu-ragu, melainkan untuk
mencapai kepastian. Adapun sumber kebenaran adalah rasio. Hanya rasio sejarah
yang dapat membawa orang kepada kebenaran. Rasio pulalah yang dapat memberi
pemimpin dalam segala jalan pikiran. Adapun yang benar itu hanya tindakan budi
yang terang-benderang, yang disebutnya ideas claires et distinctes. Karena
rasio saja yang dianggap sebagai sumber kebenaran, maka aliran ini disebut
Rasionalisme.
2. Spinoza
(1632- 1677 M)
Spinoza dilahirkan pada tahun 1632 M. Nama aslinya adalah
barulah Spinoza ia adalah seorang keturunan Yahudi di Amsterdam. Ia lepas dari
segala ikatan agama maupun masyarakat, ia mencita- citakan suatu sistem
berdasrkan rasionalisme untuk mencapai kebahagiaan bagi manusia.menurut Spinoza
aturan atau hukum ynag terdapat pada semua hal itu tidak lain dari aturan dan
hukum yang terdapat pada idea. Baik Spinoza maupun lebih ternyata mengikuti
pemikiran Descartes itu, dua tokoh terakhir ini juga menjadikan substansi
sebagai tema pokok dalam metafisika, dan kedua juga mengikuti metode Descantes.
3. Leibniz
Gottfried Eilhelm von Leibniz lahir pada tahun 1646 M dan
meninggal pada tahun 1716 M. ia filosof Jerman, matematikawan, fisikawan, dan
sejarawan. Lama menjadi pegawai pemerintahan, pembantu pejabat tinggi Negara.
Waktu mudanya ahli piker Jerman ini mempelajari scholastik.
Ia kenal kemudian aliran- aliran filsafat modern dan mahir
dalam ilmu. Ia menerima substansi Spinoza akan tetapi tidak menerima paham
serba tuhannya (pantesme). Menurut Leibniz substansi itu memang mencantumkan
segala dasar kesanggupannya, dari itu mengandung segala kesungguhan pula. Untuk
menerangkan permacam- macam didunia ini diterima oleh Leibniz yang disebutnya
monaden. Monaden ini semacam cermin yang membayangkan kesempurnaan yang satu
itu dengan cara sendiri.
B. EMPIRISME
Empirisme adalah salah satu aliran dalam filosof yang
menekankan peranan pengalaman dalam memperoleh pengetahuan serta pengetahuan
itu sendiri, dan mengecilkan peranan akal. Istilah Empirisme diambil dari
bahasa Yunani yaitu emperia yang berarti coba- coba atau pengalaman. Sebagai
tokohnya adalah Francis Bacou , Thomas Hobbes, John Locker, dan David Hume.
Karana adanya kemajuan ilmu pengetahuan dapat dirasakan manfaatnya, pandangan
orang terhadap filsafat mulai merosot. Hal itu terjadi karena filsafat dianggap
tidak berguan lagi bagi kehidupan. Pada sisi lain ilmu pengetahuan yang
bermanfaat, pasti, dan benar hanya diperoleh lewat indra ( empiri) dan
empirilah satu- satunya sumber pengetahuan. Pemikiran tersebut lahir denagn
nama Empirisme.
1. Francis
Bacon ( 1210- 1292 M )
Dari mudanya Bacon sudah mempunyai minat terhadap filsafat.
Akan tetapi waktu dewasa ia menjabat pangkat- pangkat tinggi dikerjakan inggris
kemudian diangkat dalam golongan bangsawan. Setelah berhenti dari jabatannya
yang tinggi. Barulah ia mulai menuliskan filsafatnya.
Menurut Franccis Bacon bahwa pengetahuan ynag sebenarnya
adalah pengetahuan yang diterima orang melaui persatuan inderawi dengan dunia
fakta. Pengalaman merupakan sumber pengetahuan yang sejati. Denagn demikian
bagi Bacon cara memcapai pengetahuan itupun segera nampak dengan jelasnya.
Haruslah pengetahuan itu dicapai dengan mempengaruhi induksi. Haruslah kita
sekarang memperhatikan yang konkrit, mengumpulkan, mengadakan kelompok-
kelompok, itulah tugas ilmu pengetahuan.
2. Thomas
Hobbes (1588- 1679 M )
Thomas hobbes adala seorang ahli piker yang lahir di
Malmesbury, ia adalah anak dari seorang pendeta. Menurutnya bahwa pengalaman
interawi sebagai permulaan segala pengetahuan. Hanya sesuatu yang dapat
disentuh dengan inderalah yang merupakan kebenaran. Pengetahuan kita tak
mengatasi pengindraan dengan kata lain pengetahuan yang benar hanyalah
pengetahuan indera saja, yang lain tidak.
Ada yang menyebut Hobbes itu menganut sensualisme, karena ia
amat mengutamakan sensus (indra) dalam pengetahuan. Tetapi dalam hubungan ini
tentulah ia anggap salah satu dari penganut empirisme, yang mengatakan bahwa
persantuhan denag indera( impiri) itulah yang menjadi pangkal dan sumber
pengetahuan.
Pendapatnya adalah bahwa ilmu filsafat adalah suatu ilmu
pengetahuan yang sifatnya umum. Menurutnya filsafat adalah suatu ilmu
pengetahuan tentang akibat- akibat atau tentang gejela- gejela yang doperoleh.
Sasaran filsafat adalah fakta, yaitu untuk mencari sebab-sebabnya. Segala yang
ditentukan oleh sebab, sedangkan prosesnya sesuai dengan hukum ilmu pasti/ ilmu
alam.
3. John
Locke ( 1932- 1704 M )
John locke dilahirkan di Wrington, dekat Bristol, inggris.
Ia adalah filosof yang banyak mempelajari agama Kristen. Disamping sebagai
seorang ahli hukum ia juga menyukai filsafat dan teologi, mendalami ilmu
kedokteran, dan penelitian kimia. Dalam mencapai kebenaran, sampai seberapa
jauh (bagimana) manusia memakai kemampuannya.
Ia hendak menyelidiki kemampuan pengetahuan manusia sampai
kemanakah ia dapat mencapai kebenaran dan bagimanakah mencapainya itu. Dalam
penelitiannya ia memakai istilah sensation dan reflecaton. Sensation adalah
suatu yang dapat berhubungan itu, reflection adalah pengenalan intuitif yang
memberikan pengetahuan kepada manusia, yang lebih baik daripada sensation.
John lock berargumen:
a. Dari
jalan masuknya pengetahuan kita mengetahui bahwa innate itu tidak ada, memang
agak umum orang beranggapan bahwa innate itu ada. Ia itu seperti ditempelkan
pada jiwa manusia, dan jiwa membawanya ke dunia ini. Sebenarnya kenyataan telah
cukup menjelaskan kepada kita bagaimana pengetahuan itu dating, yakni melalui
daya-daya yang alamiah tanpa bantuan kesan-kesan bawaan, dan kita sampai pada
keyakinan tanpa suatu pengertian asli.
b. Persetujuan
umum adalah argument yang terkuat. Tidak ada sesuatu yang dapat disetujui oleh
umum tentang adanya innate idea justru dijadikan alasan untuk mengatakan ia
tidak ada.
c. Persetujuan
umum membuktikan tidak adanya innate idea.
d. Apa
innate itu sebenarnya tidaklah mungkin diakui dan sekaligus juga tidak diakui
adanya. Bukti-bukti yang mengatakan ada innate itu ada justru saya jadikan
alasan untuk mengatakan ia tidak ada.
e. Tidak
juga dicetakkan (distempelkan) pada jiwa sebab pada anak idiot ide yang innate
itu tidak ada padahal anak normal dan akan “idiot sama-sama berpikir”.
4. David
Hume ( 1711- 1776 M )
David Hume menjadi terkenal oleh bukunya. Buku hume,
treatise of human nature (1739 M). ditulisnya tatkala ia masih muda, yaitu
tatkala ia berumur dua puluh tahunan. Buku itu tidak terlalu banyak menarik
perhatian orang, karenanya hume pindah kesubyek lain, lalu ia menjadi seorang
yang terkenal sebagai sejarawan.
Kemudian pada tahun 1748 M ia menulis buku yang memang
terkenal, yang disebutnya An Enqury Cincering Human Understanding, waktu
mudanya ia juga berpolitik tetapi tak terlalu mendapat sukses. Ia menganalisa
pengertian substansi. Seluruh pengetahuan itu tak lain dari jumlah pengaman
kita.
Apa saja yang merupakan pengetahuan itu hanya disebabkan
oleh pengalaman. Adapun yang bersentuhan dengan indra kita itu sifat-sifat atau
gejala-gejala dari hal tersebut. Yang menyebabkan kita mempunyai pengertia
sesuatu yang tetap – substansi – itu tidak lain dari perulangan pengalaman yang
demikian acap kalinya, sehingga kita menganggap mempunyai pengertian tentang
suatu hal, tetapi sebetulnya tidak ada substansi itu hanya anggapan, khayal,
sebenarnya tidak ada.
C. KRITICISME
(Immanuel Kant 1724-1804).
Aliran ini muncul pada abad ke-18 suatu zaman baru dimana
seorang yang cerdas mencoba menyelesaikan pertentangan antara rasionalisme
dengan emperisme. Zaman baru ini disebut zaman pencerahan (aufklarung) zaman
pencerahan ini muncul dimana manusia lahir dalam keadaan belum dewasa (dalam
pemikiran filsafatnya). Akan tetapi, seorang filosof Jerman Immanuel Kant
(1724-1804) mengadakan penyelidikan (kritik) terhadap pernah pengetahuan akal.
Sebagai latar belakangnya, manusia melihat adanya kemajuan
ilmu pengetahuan (ilmu pasti, biologi, filsafat dan sejarah) telah mencapai
hasil yang menggembirakan. Disisi lain, jalannya filsafat tersendat-sendat.
Untuk itu diperlukan upaya agar filsafat dapat berkembang sejajar dengan ilmu
pengetahuan alam.
Pada rasionalimse dan emperisme ternyata amat jelas
pertentangan antara budi dan pengalaman, manakah yang sebenarnya sumber
pengetahuan, makanah pengetahuan yang benar? Seorang ahli pikir Jerman Immanuel
Kant mencoba mengadakan penyelesaian pertalian ini. Pada umumnya, Kant
mengikuti nasionalisme, tetapi kemudian terpengaruh oleh emperisme (hume).
Walaupun demikian, Kant tidak begitu mudah menerimanya karena ia mengetahui
bahwa emperisme membawa karagu-raguan terhadap budi manusia akan dapat mencapai
kebenaran. Maka Kant akan menyelidiki (mengadakan kritik) pengetahuan budi serta
akan diterangkan, apa sebabnya pengetahuan budi ini mungkin. Itulah sebabnya
aliran ini disebut kriticisme.
Akhirnya, Kant mengakui peranan budi dan keharusan empiri,
kemudian dicobanya mengadakan sintesis. Walaupun semua pengetahuan bersumber
pada budi (nasionalisme), tetapi adanya pengertian timbul dari benda
(emperisme) budi metode berpikirnya disebut metode kritik.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Di dalam era filsafat modern terdapat beberapa aliran
pemikiran, di antaranya: Rasionalisme, Emperisme dan kriticisme.
Aliran rasionalisme adalah paham filsafat yang mengatakan
bahwa budi (akal) adalah alat terpenting untuk memperoleh pengetahuan. Aliran
rasionalisme berpendapat bahwa sumber pengetahuan yang dapat dipercaya adalah
akal. Metode yang digunakan pada aliran rasionalisme adalah metode
keragu-raguan untuk berfilsafat.
Aliran Emperisme adalah salah satu aliran dalam filosof yang
menekankan peranan pengalaman dalam memeroleh pengetahuan, dan mengecilkan
akal. Aliran emperisme berpendapat bahwa pengetahuan yang bermanfaat, pasti,
dan benar hanya diperoleh lewan indera (empiri) dan empirilah satu-satutnya
sumber pengetahuan aliran Emperis, bahwa pada dasarnya budi dan empiri saling
berkaitan. Aliran Kriticisme mengakui peranan badi dan keharusan empiri,
meskipun pengetahuan bersumber pada budi (nasionalisme), tetapi adanya
pengertian timbul dari benda (emperisme). Jadi metode berpikirnya disebut
metode kritis.
DAFTAR
PUSTAKA
- Poejawijatna, R.I. Prof. 1983. Pembimbing
Kearah Filsafat, Jakarta: Rineka Cipta.
- Syadali, Ahmad. H. Drs, et. At.
1997, Filsafat Umum, Bandung: Pustaka Setia.
- achmadi Asmoro. 1995, Filsafat
Umum, Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.
- Peursen Van c.a. 1997, Orientasi Dalam Filsafat, Jakarta: PT. Gramedia.
Harmoni Kehidupan Social yang Menuju
Pencerahan dan
Kemuliaan Hidup.
BAB I
Pendahuluan
A.
Latar
Belakang
Belajar merupakan proses manusia
untuk mencapai berbagai macam kompetensi, keterampilan, dan sikap. Belajar
dimulai sejak manusia lahir sampai akhir hayat. Kemampuan manusia untuk belajar
merupakan karakteristik penting yang membedakan manusia dengan makhluk hidup
yang lain.
Belajar
sebagai karakteristik yang membedakan manusia dengan makhluk lain, merupakan
aktivitas yang selalu dilakukan sepanjang hayat manusia, bahkan tiada hari
tanpa belajar. Bahkan mempelajari tentang sebuah harmoni keagamaan. Baik mereka
yang sedang belajar di tingkat sekolah dasar, sekolah tingkat pertama, sekolah
tingkat atas, perguruan tinggi, maupun mereka yang mengikuti kursus, pelatihan
, dan kegiatan pendidikan lainnya.
Namun tidak
dapat dipungkiri bahwa belajar itu identik dengan pendidikan. Pendidikan
merupakan intitas penting suatu bangsa. Kemajuan suatu bangsa juga dapat
dilihat dari sejauh mana pendidikan
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan pendidikan itu berawal dari
masyarakat yang belum ada pendidikan. Kemudian dengan sedikit perubahan akan
khilafiyah keagamaan serta perjuangan yang hebat dengan niat Ta’ala maka akan
terciptanya harmoni kehidupan social yang menuju pencerahan dan kemuliaan
hidup.
B. Identifikasi Masalah
Bedasarkan
latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan dapat
diidentifikasi sebagai berikut :
1.Siapa nama tokoh?
2. Apa latar belakang pendidikan dan pendidikan
agama yang bapak pelajari selama ini?
3. Kegiatan keagamaan yang seperti apa
yang selalu bapak jalankan dalam
kehidupan sehari-hari?
4. Apa saja kegiatan
keagamaan yang selama ini bapak jalankan?
5. Bagaimana pengalaman keagamaan yang bapak rasakan selama ini?
5. Bagaimana pengalaman keagamaan yang bapak rasakan selama ini?
6. Apa dampak dari pengamalan ajaran agama
secara terus menerus di tengah
masyarakat?
7. Bagaimana bapak menyikapi adanya perbedaan di
tengah-tengah masyarakat?
8. Bagaimana sikap yang harus diambil bapak
dalam menyikapi perbedaan pandangan dan
keyakinan dalam kehidupan keagamaan yang bapak jalankan?
9. Apa yang harus diambil dalam rangka meredam adanya
konflik atau perbedaan di tengah masyarakat?
10. Bagaimana gagasan bapak dalam memajukan kehidupan
keagamaan di masa yang akan datang di daerah sini?.
11. Apa pesan-pesan
buat generasi muda Islam masa yang akan datang?
C.
Tujuan Penelitian
1.
Untuk
mengetahui nama tokoh keagamaan di wilayah sragen
2.
Untuk
mengetahui latar belakang serta pendidikan tokoh
3.
Untuk
mengetahui kegiatan keagamaan tokoh dalam kehidupan sehari-hari
4.
Untuk
memgetahui kegiatan tokoh yang selama ini dijalankan
5.
Untuk
mengetahui pengalaman yang dirasakan tokoh
6.
Untuk
mengetahui dampak pengamalan ajaran tokoh dalam masyarakat
7.
Untuk
mengetahui bagaimana tokoh menyikapi perbedaan di tengah masyarakat
8.
Untuk
mengetahui bagaimana sikap tokoh dalam menanggapi perbedaan tersebut
9.
Untuk
mengetahui bagaimana langkah tokoh dalam meredam adanay konflik
10.
Untuk
mengetahui bagaimana tokoh memberi gagasan dalam memajukan kegiatan keagamaan
11.
Untuk
mengetahui pesan-pesan tokoh untuk generasi muda
BAB II
Pembahasan
A.
Isi
H. Asyhuri adalah salah seorang tokoh agama di
wilayah kecamatan plupuh yang lahir di Sukoharjo tepatnya 15 Januari 1933.
Beliau berasal dari lulusan SMA Diniyah Cokrominoto solo. Beliau juga sekarang
memiliki 8 anak serta 20 cucu. Beliau dulu juga mendirikan beberapa lembaga
pendidikan seperti MIM Karangwaru, MTs N Plupuh, dan MAN 2 Sragen. kegiatan
sehari-harinya adalah menjadi imam masjid di wilayahnya yaitu masjid Taqwa
Al-Mubarak Pedak Karangwaru. Beliau juga sampai sekarang menjabat sebagai ketua
Dewan Komite Madrasah Aliyah Negeri 2 Sragen. Kegiatan-kegiatan keagamaan yang
sering beliau lakukan antara lain kegiatan pengajian Bapak-Bapak Di desa Pedak
Karangwaru setiap malam selasa, Malam sabtunya juga ada pengajian Ibu-Ibu,dan
kegiatan Organisasi Kemuhammadiyahan, serta khutbah jum’at di tiga masji secara
bergiliran yaitu masjid di desa pedak karangwaru, masjid di desa jiwan dan
masjid di desa semoro.
Pada tahun 1950, beliau datang pertama kali di desa
Pedak karangwaru. Keadaan pada waktu itu begitu sulitnya dalam hal pendidikan
khusunya yang masih sangat minim. Kemudian beliau memiliki tekat untuk mengubah
keadaan pada waktu itu. Dengan pendidikan yang terakhirnya pada SMA, beliau
mengamalkan ilmu yang dimilikinya. Pertama, beliau mulai mendirikan pendidikan pada
masa itu yaitu dengan mendirikan Pendidikan Taman Al-Qur’an yang biasa kita
sebut TPA. Beliau mendirikan TPA tidak atas dasar beliau sendiri akan tetapi
atas dasar dorongan masyarakat setempat yang kuat untuk melaksanakan
pembelajaran pada masa itu, sehingga berdirilah Taman Pendidikan Al-Qur’an
tersebut.
Perkembangan zaman memang begitu pesatnya, sehingga
setelah taman pendidikan Al-Qur’an berkembang atas dasar pelopor oleh ibuk-ibuk
Aisyah maka H.Asyhuri mulai mendirikan Taman Kanak-Kanak atau sering kita sebut
TK. Kemudian beliau mulai mengembangkannya sedikit demi sedikit sehingga TK
tersebut bisa bertahan hingga sekarang.
Seiring berdirinya TK tersebut beliau juga
mendirikan sekolah dasar kemuhammadiyahan yaitu Madrasah Ibtidaiyah
Muhammadiyah Karangwaru. Dalam mendirikan sekolah dasar pada waktu itu
syaratnya adalah dengan harus diketahui oleh yayasan. Pada waktu itu berdirinya
Departemen Agama Madrasah-Madrasah yang ada mendapat bantuan dari pemerintah
berupa Uang. Kemudian waktu itu di wilayah kecamatan Plupuh ada 5 Madrasah
Ibtidaiyah akan tetapi semua itu menjadi satu kesatuan sehingga dalam
keterangan pemerintah hanya Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Karngwaru saja
yang di akui. Pada tahun 1950, belum ada sekolah Madrasah yang masuknya pagi, setelah
kehadiran H. Asyhuri kemudian sekolah madrasah mulai masuk pagi.
Pada tahun 1962, banyak yang membutukan Guru Agama.
Syarat Guru Agam pada saat itu adalah Lulus dalam ujian setingkat SMP. Oleh
karena itu H. Asyhuri mendirikan sekolah Tsanawiyah agar pada masa itu bisa
membantu orang lain untuk bisa mengikuti ujian tersebut sesuai wilayah yang
sudah ditentukan pada masa itu. Akan tetapi banyak juga kepalsuan identitas
yang terjadi untuk bisa mengikuti ujian tersebut. Sehingga oleh beliau itu
sangat di sayangkan sekali.
Pada masa berdirinya Tsanawiyah terdapat persaingan
terhadap Tsanawiyah yaitu SMEP adalah sekolah Kristen pada masa itu. SMEP pada
waktu itu mau di Negerikan akan tetapi belum bisa. Barulah tahun 1970
Tsanawiyah bisa di Negerikan yang kepala sekolahnya pertama kali yaitu H.
Asyhuri. Kemudian setelah SMEP belum bisa di Negerikan maka SMEP di pindahkan
di Kecamatan Tanon.
Perkembangan yang begitu pesatnya membuat wilayah
kecamatan plupuh mulai berdiri sekolah-sekolah setingkat SMA. Pada masa itu
Veteran mendirikan sebuah sekolah setingkat SMA akan tetapi sekolah tersebu
tidak mendapatkan murid sehingga sekolah tersebut tidak dapat di kembangkan.
Begitu pula halnya Muhammadiyyah yang mencoba mendirikan sekolah sekolah
setingkat SMA, akan tetapi juga tidak dapt dikembangkan karena tidak
mendapatkan murid.
Pada tahun 1989, H. Asyhuri mendirikan Madrasah
Aliyah Fi’liyah Sragen untuk pertama kalinya yaitu sekolah yang sederajat
dengan sekolah menengah atas. Setelah madrasah berjalan selama kurang lebih 6
tahun, kemudian sekolah tersebut menjadi negeri pada tahun 1995. Selama tahun
1989-1995 sekolah tersebut masih bertempat dirumah H. Asyhuri. Kemudian setelah
H.Asyhuri mendapatkan tanah wakaf dan proyek untuk membangun sekolah barulah
tempat bersekolah di pindahkan.
Perkembangan keagamaan pada saat itu masih begitu
banyak persaingan antara agama satu dengan agama yang lainnya. Agama Kristen di
kecamatan plupuh merupakan agama Kristen tertua di kabupaten sragen bahkan
grejanya juga tertua di kabupaten sragen sekalipun dari wilayah Solo. Perbedaan
pemahaman Masyarakat tentang agama islam di masa itupun berbeda-beda pula.
Bahkan jauh sebelum persaingan ini terjadi pernah ada persaingan antar PNI dan
MASYUMI pada tahun 1955 saat pemilu pertama kali sehingga keadaan saat itu
begitu kacaunya.
Seiring berjalannya waktu semua berjalan begitu saja
sampai H.Asyhuri menyikapi perbedaan tersebut dengan menyebutnya perbedaan
khilafiyah yaitu perbedaan tentang kepercayaan pada masa itu. Beliau menyikapi
perbedaan-perbedaan pada masyarakat masa itu dengan mengadakan musyawarah antar
ulama yang meliputi satu kecamatan yang membahas perbedaan-perbedaan untuk
mengatasinya. Contohnya pada masa itu H. Achmadi yang membahas tentang masalah
Qur’an Hadist, H. Asyhuri membahas tentang masalah Hukum Fiqih dan Tarikh, H.
Muslim membahas tentang masalah Aqidah, dan H. Hasan membahas tentang masalah
Tafsir. Begitulah beliau menyikapinya serta beliau setiap minggu pagi berkumpul
dalam pengajian rutin yaitu di masjid Ngganti Warno Sumomorodukuh, kecamatan
Plupuh.
Kedisiplinan dalam mendalami ilmu serta menghindari
akan perpecahan seperti berkubu haruslah diamalkan agar menjadi kenyamanan
dimasyarakat. Toleransi dengan jalan musyawarah juga perlu dilakukan agar semua
saling menghargai satu sama lain. Selain toleransi juga telaten dalam membina
jamaah dan dakwahnya dengan cara berdakwah tidak hanya dalam wilayah beliau
sendiri akan tetapi dengan berdakwah dimana-mana.
Keadaan yang seperti ini tidak akan berlangsung
selamanya maka dari itu perlu adanya kaderisasi. Kaderisasi dilakukan dengan
pemberian amanah kepada oarng-orang tertentu contoh si A diberi amanah untuk
mengurusi zakat mal, si B diberi amanah untuk mengurusi zakat fitrah, si c
diberi amanah untuk mengurusi masjid dan masjid diurusi oleh remaja masjid, si
D diberi amanah untuk mengurusi pembangunan, serta si E diberi amanah untuk
pembendaharaan. Kerjasama yang solid antara pengurus satu dengan yang lainnya
akan menghasilkan hasil yang maksimal serta bermanfaat untuk masyarakat.
Niat yang hanya untuk illahi merupakan hal yang
penting untuk menjalankan sebuah aktivitas agar kita mendapatkan ridho-NYA.
Putus asa hanya akan menjadikan diri sendiri menjadi lemah, maka janganlah kita
berputus asa dalam menjalani kehidupan. Setiap orang memiliki pemikiran
sendiri-sendiri dalam suatu hal maka dari itu kita harus bersabar dalam
menghadapi perbedaan pendapat yang ada dalam masyarakat.
BAB III
Penutup
- Kesimpulan
Dari uraian di atas
dapat di simpulkan bahwa kegiatan keagamaan serta pendidikan perlu di
tingkatkan agar kita menjadi manusia yang berkarakter serta berkualitas.
Tentunya semua itu bisa diwujudkan dengan niat yang lurus yaitu hanya kepada
illahi, serta tidak ada kata berputus asa dalam diri dan sabar dalam menghadapi
perbedaan-perbedaan yang ada serta saling bertoleransi dengan jalan musyawarah
sehingga akan terciptanya harmoni kehidupan social yang menuju pencerahan dan
kemuliaan hidup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar