online advertising NO PAIN, NO GAIN: Makalah / Research

Wikipedia

Hasil penelusuran

order now

Makalah / Research

Makalah Filsafat
Rasionalisme dan Empirisme

BAB I
PENDAHULUAN
Ada orang yang berkata, bahwa orang harus berfilsafat, untuk mengetahui apa yang disebut filsafat itu. Mungkin ini benar, hanya kesulitannya ialah: bagaimana ia tahu, bahwa ia berfilsafat? Mungkin ia mengira sudah berfilsafat dan mengira tahu pula apa filsafat itu, akan tetapi sebenarnya tidak berfilsafat, jadi kelirulah ia dan dengan sendirinya salah pula sangkanya tentang filsafat itu.
Menyibukkan diri dibidang filsafat bukanlah suatu kegiatan yang hanya dilakukan oleh segelintir ahli saja. Dalam kehidupan sehari-hari manusia dilindungi oleh aneka macam peristiwa yang langsung dialaminya, seperti bangun tidur, mengenakan pakaian, bekerja dan beristirahat. Atau yang tidak langsung sampai kepadanya, namun juga dianggap biasa saja, seperti misalnya berita dalam surat kabar atau radio mengenai perkembangan mutakhir dalam politik internasional, bencana alam disalah satu negeri nan jauh atau peristiwa-peristiwa menakjubkan.
Ketika itu dunia barat telah biasa membagi tahapan sejarah pemikiran menjadi tiga periode yaitu: Ancient, Medieval, dan zaman modern. Zaman modern sangat dinanti nantikan oleh banyak pemikiran manakala mereka mengingat zaman kuno ketika peradaban begitu bebas, pemikiran tidak dikekang oleh tekanan-tekanan diluar dirinya. Kondisi semacam itulah yang hendak dihidupkan kembali pada zaman modern.
Pada abab ke-13 di Eropa sudah timbul sistem filsafat yang boleh disebut merupakan keseluruhan. Sistem ini diajarkan disekolah-sekolah dan perguruan tinggi. Dalam abab ke-14 timbulah aliran yang dapat dinamai pendahuluan filsafat modern. Yang menjadi dasar aliran baru ini ialah kesadaran atas yang individual yang kongkrit.
Tak dapat dipungkiri, zaman filsafat modern telah dimulai, dalam era filsafat modern, dan kemudian dilanjutkan dengan filsafat abab ke- 20, munculnya berbagai aliran pemikiran, yaitu: Rasionalisme, Emperisme, Kritisisme, Idealisme, Positivisme, Evolusionisme, Materalisme, Neo-Kantianisme, Pragmatisme, Filsafat hidup, Fenomenologi, Eksistensialisme, dan Neo-Thomisme.
Namun didalam pembahasan kali ini yang akan dibahas aliran Resionalisme (rene Descartes, spiniza, Leibniz), dan Empirisme (Francius Bacon, Thomas Hobbes. John lecke David Hume).




BAB II
PEMBAHASAN
A. RASIONALISME
Rasionalisme merupakan sumber kebenaran. Hanya rasio sajalah yang dapat membawa orang pada kebenaran. Yang benar adalah tindakan akal yang terang benderang yang disebut Ideas Claires el Dstinctes (Pikiran yang terang benderang dan terpilah-pilah). Rasionalisme adalah paham filsafat yang menyatakan bahwa akal adalah alat terpeting untuk memperoleh pengetahuan.  Menurut aliran rasionalisme suatu pengetahuan diperoleh dengan cara berpikir.
Latarbelakang munculnya rasionalisme adalah keinginan untuk membebaskan diri dari segala pemikiran tradisional (scholastic), yang pernah diterima, tetapi ternyata tidak mampu mengenai hasil-hasil ilmu pengetahuan yang dihadapi. Pada tokoh aliran Rasionalisme diantaranya adalah Descartes (1596- 1650 M ).
1. Rene Descartes ( 1596- 1650 M )
Descartes disamping tokoh rasionalisme juga dianggap sebagai bapak filsafat, terutama karena dia dalam filsafat-filsafat sungguh-sungguh diusahakan adanya metode serta penyelidikan yang mendalam. Ia ahli dalam ilmu alam, ilmu hukum, dan ilmu kedokteran.
Ia yang mendirikan aliran Rasionalisme berpendapat bahwa sumber pengetahuan yang dapat dipercayai adalah akal. Ia tidak puas dengan filsafat scholastik karena dilihatnya sebagai saling bertentangan dan tidak ada kepastian. Adapun sebabnya karena tidak ada metode berpikir yang pasti.
Descartes merasa benar-benar ketegangan dan ketidak pastian merajalera ketika itu dalam kalangan filsafat. Scholastic tak dapat memberi keterangan yang memuaskan kepada ilmu dan filsafat baru yang dimajukan ketika itu kerapkali bertentangan satu sama lain.
Descartes mengemukakan metode baru yaitu metode keragu-raguan. Seakan- akan ia membuang segala kepastian, karena ragu-ragu itu suatu cara berpikir. Ia ragu- ragu bukan untuk ragu-ragu, melainkan untuk mencapai kepastian. Adapun sumber kebenaran adalah rasio. Hanya rasio sejarah yang dapat membawa orang kepada kebenaran. Rasio pulalah yang dapat memberi pemimpin dalam segala jalan pikiran. Adapun yang benar itu hanya tindakan budi yang terang-benderang, yang disebutnya ideas claires et distinctes. Karena rasio saja yang dianggap sebagai sumber kebenaran, maka aliran ini disebut Rasionalisme.



2. Spinoza (1632- 1677 M)
Spinoza dilahirkan pada tahun 1632 M. Nama aslinya adalah barulah Spinoza ia adalah seorang keturunan Yahudi di Amsterdam. Ia lepas dari segala ikatan agama maupun masyarakat, ia mencita- citakan suatu sistem berdasrkan rasionalisme untuk mencapai kebahagiaan bagi manusia.menurut Spinoza aturan atau hukum ynag terdapat pada semua hal itu tidak lain dari aturan dan hukum yang terdapat pada idea. Baik Spinoza maupun lebih ternyata mengikuti pemikiran Descartes itu, dua tokoh terakhir ini juga menjadikan substansi sebagai tema pokok dalam metafisika, dan kedua juga mengikuti metode Descantes.
3. Leibniz
Gottfried Eilhelm von Leibniz lahir pada tahun 1646 M dan meninggal pada tahun 1716 M. ia filosof Jerman, matematikawan, fisikawan, dan sejarawan. Lama menjadi pegawai pemerintahan, pembantu pejabat tinggi Negara. Waktu mudanya ahli piker Jerman ini mempelajari scholastik.
Ia kenal kemudian aliran- aliran filsafat modern dan mahir dalam ilmu. Ia menerima substansi Spinoza akan tetapi tidak menerima paham serba tuhannya (pantesme). Menurut Leibniz substansi itu memang mencantumkan segala dasar kesanggupannya, dari itu mengandung segala kesungguhan pula. Untuk menerangkan permacam- macam didunia ini diterima oleh Leibniz yang disebutnya monaden. Monaden ini semacam cermin yang membayangkan kesempurnaan yang satu itu dengan cara sendiri.
B. EMPIRISME
Empirisme adalah salah satu aliran dalam filosof yang menekankan peranan pengalaman dalam memperoleh pengetahuan serta pengetahuan itu sendiri, dan mengecilkan peranan akal. Istilah Empirisme diambil dari bahasa Yunani yaitu emperia yang berarti coba- coba atau pengalaman. Sebagai tokohnya adalah Francis Bacou , Thomas Hobbes, John Locker, dan David Hume. Karana adanya kemajuan ilmu pengetahuan dapat dirasakan manfaatnya, pandangan orang terhadap filsafat mulai merosot. Hal itu terjadi karena filsafat dianggap tidak berguan lagi bagi kehidupan. Pada sisi lain ilmu pengetahuan yang bermanfaat, pasti, dan benar hanya diperoleh lewat indra ( empiri) dan empirilah satu- satunya sumber pengetahuan. Pemikiran tersebut lahir denagn nama Empirisme.
1. Francis Bacon ( 1210- 1292 M )
Dari mudanya Bacon sudah mempunyai minat terhadap filsafat. Akan tetapi waktu dewasa ia menjabat pangkat- pangkat tinggi dikerjakan inggris kemudian diangkat dalam golongan bangsawan. Setelah berhenti dari jabatannya yang tinggi. Barulah ia mulai menuliskan filsafatnya.
Menurut Franccis Bacon bahwa pengetahuan ynag sebenarnya adalah pengetahuan yang diterima orang melaui persatuan inderawi dengan dunia fakta. Pengalaman merupakan sumber pengetahuan yang sejati. Denagn demikian bagi Bacon cara memcapai pengetahuan itupun segera nampak dengan jelasnya. Haruslah pengetahuan itu dicapai dengan mempengaruhi induksi. Haruslah kita sekarang memperhatikan yang konkrit, mengumpulkan, mengadakan kelompok- kelompok, itulah tugas ilmu pengetahuan.
2. Thomas Hobbes (1588- 1679 M )
Thomas hobbes adala seorang ahli piker yang lahir di Malmesbury, ia adalah anak dari seorang pendeta. Menurutnya bahwa pengalaman interawi sebagai permulaan segala pengetahuan. Hanya sesuatu yang dapat disentuh dengan inderalah yang merupakan kebenaran. Pengetahuan kita tak mengatasi pengindraan dengan kata lain pengetahuan yang benar hanyalah pengetahuan indera saja, yang lain tidak.
Ada yang menyebut Hobbes itu menganut sensualisme, karena ia amat mengutamakan sensus (indra) dalam pengetahuan. Tetapi dalam hubungan ini tentulah ia anggap salah satu dari penganut empirisme, yang mengatakan bahwa persantuhan denag indera( impiri) itulah yang menjadi pangkal dan sumber pengetahuan.
Pendapatnya adalah bahwa ilmu filsafat adalah suatu ilmu pengetahuan yang sifatnya umum. Menurutnya filsafat adalah suatu ilmu pengetahuan tentang akibat- akibat atau tentang gejela- gejela yang doperoleh. Sasaran filsafat adalah fakta, yaitu untuk mencari sebab-sebabnya. Segala yang ditentukan oleh sebab, sedangkan prosesnya sesuai dengan hukum ilmu pasti/ ilmu alam.
3. John Locke ( 1932- 1704 M )
John locke dilahirkan di Wrington, dekat Bristol, inggris. Ia adalah filosof yang banyak mempelajari agama Kristen. Disamping sebagai seorang ahli hukum ia juga menyukai filsafat dan teologi, mendalami ilmu kedokteran, dan penelitian kimia. Dalam mencapai kebenaran, sampai seberapa jauh (bagimana) manusia memakai kemampuannya.
Ia hendak menyelidiki kemampuan pengetahuan manusia sampai kemanakah ia dapat mencapai kebenaran dan bagimanakah mencapainya itu. Dalam penelitiannya ia memakai istilah sensation dan reflecaton. Sensation adalah suatu yang dapat berhubungan itu, reflection adalah pengenalan intuitif yang memberikan pengetahuan kepada manusia, yang lebih baik daripada sensation.



John lock berargumen:
a. Dari jalan masuknya pengetahuan kita mengetahui bahwa innate itu tidak ada, memang agak umum orang beranggapan bahwa innate itu ada. Ia itu seperti ditempelkan pada jiwa manusia, dan jiwa membawanya ke dunia ini. Sebenarnya kenyataan telah cukup menjelaskan kepada kita bagaimana pengetahuan itu dating, yakni melalui daya-daya yang alamiah tanpa bantuan kesan-kesan bawaan, dan kita sampai pada keyakinan tanpa suatu pengertian asli.
b. Persetujuan umum adalah argument yang terkuat. Tidak ada sesuatu yang dapat disetujui oleh umum tentang adanya innate idea justru dijadikan alasan untuk mengatakan ia tidak ada.
c. Persetujuan umum membuktikan tidak adanya innate idea.
d. Apa innate itu sebenarnya tidaklah mungkin diakui dan sekaligus juga tidak diakui adanya. Bukti-bukti yang mengatakan ada innate itu ada justru saya jadikan alasan untuk mengatakan ia tidak ada.
e. Tidak juga dicetakkan (distempelkan) pada jiwa sebab pada anak idiot ide yang innate itu tidak ada padahal anak normal dan akan “idiot sama-sama berpikir”.
4. David Hume ( 1711- 1776 M )
David Hume menjadi terkenal oleh bukunya. Buku hume, treatise of human nature (1739 M). ditulisnya tatkala ia masih muda, yaitu tatkala ia berumur dua puluh tahunan. Buku itu tidak terlalu banyak menarik perhatian orang, karenanya hume pindah kesubyek lain, lalu ia menjadi seorang yang terkenal sebagai sejarawan.
Kemudian pada tahun 1748 M ia menulis buku yang memang terkenal, yang disebutnya An Enqury Cincering Human Understanding, waktu mudanya ia juga berpolitik tetapi tak terlalu mendapat sukses. Ia menganalisa pengertian substansi. Seluruh pengetahuan itu tak lain dari jumlah pengaman kita.
Apa saja yang merupakan pengetahuan itu hanya disebabkan oleh pengalaman. Adapun yang bersentuhan dengan indra kita itu sifat-sifat atau gejala-gejala dari hal tersebut. Yang menyebabkan kita mempunyai pengertia sesuatu yang tetap – substansi – itu tidak lain dari perulangan pengalaman yang demikian acap kalinya, sehingga kita menganggap mempunyai pengertian tentang suatu hal, tetapi sebetulnya tidak ada substansi itu hanya anggapan, khayal, sebenarnya tidak ada.



C. KRITICISME (Immanuel Kant 1724-1804).
Aliran ini muncul pada abad ke-18 suatu zaman baru dimana seorang yang cerdas mencoba menyelesaikan pertentangan antara rasionalisme dengan emperisme. Zaman baru ini disebut zaman pencerahan (aufklarung) zaman pencerahan ini muncul dimana manusia lahir dalam keadaan belum dewasa (dalam pemikiran filsafatnya). Akan tetapi, seorang filosof Jerman Immanuel Kant (1724-1804) mengadakan penyelidikan (kritik) terhadap pernah pengetahuan akal.
Sebagai latar belakangnya, manusia melihat adanya kemajuan ilmu pengetahuan (ilmu pasti, biologi, filsafat dan sejarah) telah mencapai hasil yang menggembirakan. Disisi lain, jalannya filsafat tersendat-sendat. Untuk itu diperlukan upaya agar filsafat dapat berkembang sejajar dengan ilmu pengetahuan alam.
Pada rasionalimse dan emperisme ternyata amat jelas pertentangan antara budi dan pengalaman, manakah yang sebenarnya sumber pengetahuan, makanah pengetahuan yang benar? Seorang ahli pikir Jerman Immanuel Kant mencoba mengadakan penyelesaian pertalian ini. Pada umumnya, Kant mengikuti nasionalisme, tetapi kemudian terpengaruh oleh emperisme (hume). Walaupun demikian, Kant tidak begitu mudah menerimanya karena ia mengetahui bahwa emperisme membawa karagu-raguan terhadap budi manusia akan dapat mencapai kebenaran. Maka Kant akan menyelidiki (mengadakan kritik) pengetahuan budi serta akan diterangkan, apa sebabnya pengetahuan budi ini mungkin. Itulah sebabnya aliran ini disebut kriticisme.
Akhirnya, Kant mengakui peranan budi dan keharusan empiri, kemudian dicobanya mengadakan sintesis. Walaupun semua pengetahuan bersumber pada budi (nasionalisme), tetapi adanya pengertian timbul dari benda (emperisme) budi metode berpikirnya disebut metode kritik.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Di dalam era filsafat modern terdapat beberapa aliran pemikiran, di antaranya: Rasionalisme, Emperisme dan kriticisme.
Aliran rasionalisme adalah paham filsafat yang mengatakan bahwa budi (akal) adalah alat terpenting untuk memperoleh pengetahuan. Aliran rasionalisme berpendapat bahwa sumber pengetahuan yang dapat dipercaya adalah akal. Metode yang digunakan pada aliran rasionalisme adalah metode keragu-raguan untuk berfilsafat.
Aliran Emperisme adalah salah satu aliran dalam filosof yang menekankan peranan pengalaman dalam memeroleh pengetahuan, dan mengecilkan akal. Aliran emperisme berpendapat bahwa pengetahuan yang bermanfaat, pasti, dan benar hanya diperoleh lewan indera (empiri) dan empirilah satu-satutnya sumber pengetahuan aliran Emperis, bahwa pada dasarnya budi dan empiri saling berkaitan. Aliran Kriticisme mengakui peranan badi dan keharusan empiri, meskipun pengetahuan bersumber pada budi (nasionalisme), tetapi adanya pengertian timbul dari benda (emperisme). Jadi metode berpikirnya disebut metode kritis.


DAFTAR PUSTAKA

  1. Poejawijatna, R.I. Prof. 1983. Pembimbing Kearah Filsafat, Jakarta: Rineka Cipta.
  2. Syadali, Ahmad. H. Drs, et. At. 1997, Filsafat Umum, Bandung: Pustaka Setia.
  3. achmadi Asmoro. 1995, Filsafat Umum, Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.
  4. Peursen Van c.a. 1997, Orientasi Dalam Filsafat, Jakarta: PT. Gramedia.










Harmoni Kehidupan Social yang Menuju Pencerahan dan
Kemuliaan Hidup.

BAB I
Pendahuluan
A.    Latar Belakang
Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi, keterampilan, dan sikap. Belajar dimulai sejak manusia lahir sampai akhir hayat. Kemampuan manusia untuk belajar merupakan karakteristik penting yang membedakan manusia dengan makhluk hidup yang lain.
     Belajar sebagai karakteristik yang membedakan manusia dengan makhluk lain, merupakan aktivitas yang selalu dilakukan sepanjang hayat manusia, bahkan tiada hari tanpa belajar. Bahkan mempelajari tentang sebuah harmoni keagamaan. Baik mereka yang sedang belajar di tingkat sekolah dasar, sekolah tingkat pertama, sekolah tingkat atas, perguruan tinggi, maupun mereka yang mengikuti kursus, pelatihan , dan kegiatan pendidikan lainnya.
     Namun tidak dapat dipungkiri bahwa belajar itu identik dengan pendidikan. Pendidikan merupakan intitas penting suatu bangsa. Kemajuan suatu bangsa juga dapat dilihat dari sejauh  mana pendidikan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan pendidikan itu berawal dari masyarakat yang belum ada pendidikan. Kemudian dengan sedikit perubahan akan khilafiyah keagamaan serta perjuangan yang hebat dengan niat Ta’ala maka akan terciptanya harmoni kehidupan social yang menuju pencerahan dan kemuliaan hidup.



B.     Identifikasi Masalah
                 Bedasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1.Siapa nama  tokoh?
2. Apa latar belakang pendidikan dan pendidikan agama yang bapak pelajari selama ini?
3. Kegiatan keagamaan yang seperti apa yang selalu bapak jalankan dalam kehidupan sehari-hari?
4. Apa saja kegiatan keagamaan yang selama ini bapak jalankan?
5. Bagaimana pengalaman keagamaan yang bapak rasakan selama ini?
6. Apa dampak dari pengamalan ajaran agama secara terus menerus di tengah masyarakat?
7. Bagaimana bapak menyikapi adanya perbedaan di tengah-tengah masyarakat?
8. Bagaimana sikap yang harus diambil bapak dalam menyikapi perbedaan pandangan dan keyakinan dalam kehidupan keagamaan yang bapak jalankan?
9. Apa yang harus diambil dalam rangka meredam adanya konflik atau perbedaan di tengah masyarakat?
10. Bagaimana gagasan bapak dalam memajukan kehidupan keagamaan di masa yang akan datang di daerah sini?.
11. Apa pesan-pesan buat generasi muda Islam masa yang akan datang?


C.    Tujuan Penelitian
1.     Untuk mengetahui nama tokoh keagamaan di wilayah sragen
2.     Untuk mengetahui latar belakang serta pendidikan tokoh
3.     Untuk mengetahui kegiatan keagamaan tokoh dalam kehidupan sehari-hari
4.     Untuk memgetahui kegiatan tokoh yang selama ini dijalankan
5.     Untuk mengetahui pengalaman yang dirasakan tokoh
6.     Untuk mengetahui dampak pengamalan ajaran tokoh dalam masyarakat
7.     Untuk mengetahui bagaimana tokoh menyikapi perbedaan di tengah masyarakat
8.     Untuk mengetahui bagaimana sikap tokoh dalam menanggapi perbedaan tersebut
9.     Untuk mengetahui bagaimana langkah tokoh dalam meredam adanay konflik
10.  Untuk mengetahui bagaimana tokoh memberi gagasan dalam memajukan kegiatan keagamaan
11.  Untuk mengetahui pesan-pesan tokoh untuk generasi muda



BAB II
Pembahasan
A. Isi
H. Asyhuri adalah salah seorang tokoh agama di wilayah kecamatan plupuh yang lahir di Sukoharjo tepatnya 15 Januari 1933. Beliau berasal dari lulusan SMA Diniyah Cokrominoto solo. Beliau juga sekarang memiliki 8 anak serta 20 cucu. Beliau dulu juga mendirikan beberapa lembaga pendidikan seperti MIM Karangwaru, MTs N Plupuh, dan MAN 2 Sragen. kegiatan sehari-harinya adalah menjadi imam masjid di wilayahnya yaitu masjid Taqwa Al-Mubarak Pedak Karangwaru. Beliau juga sampai sekarang menjabat sebagai ketua Dewan Komite Madrasah Aliyah Negeri 2 Sragen. Kegiatan-kegiatan keagamaan yang sering beliau lakukan antara lain kegiatan pengajian Bapak-Bapak Di desa Pedak Karangwaru setiap malam selasa, Malam sabtunya juga ada pengajian Ibu-Ibu,dan kegiatan Organisasi Kemuhammadiyahan, serta khutbah jum’at di tiga masji secara bergiliran yaitu masjid di desa pedak karangwaru, masjid di desa jiwan dan masjid di desa semoro.
Pada tahun 1950, beliau datang pertama kali di desa Pedak karangwaru. Keadaan pada waktu itu begitu sulitnya dalam hal pendidikan khusunya yang masih sangat minim. Kemudian beliau memiliki tekat untuk mengubah keadaan pada waktu itu. Dengan pendidikan yang terakhirnya pada SMA, beliau mengamalkan ilmu yang dimilikinya. Pertama, beliau mulai mendirikan pendidikan pada masa itu yaitu dengan mendirikan Pendidikan Taman Al-Qur’an yang biasa kita sebut TPA. Beliau mendirikan TPA tidak atas dasar beliau sendiri akan tetapi atas dasar dorongan masyarakat setempat yang kuat untuk melaksanakan pembelajaran pada masa itu, sehingga berdirilah Taman Pendidikan Al-Qur’an tersebut.
Perkembangan zaman memang begitu pesatnya, sehingga setelah taman pendidikan Al-Qur’an berkembang atas dasar pelopor oleh ibuk-ibuk Aisyah maka H.Asyhuri mulai mendirikan Taman Kanak-Kanak atau sering kita sebut TK. Kemudian beliau mulai mengembangkannya sedikit demi sedikit sehingga TK tersebut bisa bertahan hingga sekarang.
Seiring berdirinya TK tersebut beliau juga mendirikan sekolah dasar kemuhammadiyahan yaitu Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Karangwaru. Dalam mendirikan sekolah dasar pada waktu itu syaratnya adalah dengan harus diketahui oleh yayasan. Pada waktu itu berdirinya Departemen Agama Madrasah-Madrasah yang ada mendapat bantuan dari pemerintah berupa Uang. Kemudian waktu itu di wilayah kecamatan Plupuh ada 5 Madrasah Ibtidaiyah akan tetapi semua itu menjadi satu kesatuan sehingga dalam keterangan pemerintah hanya Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Karngwaru saja yang di akui. Pada tahun 1950, belum ada sekolah Madrasah yang masuknya pagi, setelah kehadiran H. Asyhuri kemudian sekolah madrasah mulai masuk pagi.
Pada tahun 1962, banyak yang membutukan Guru Agama. Syarat Guru Agam pada saat itu adalah Lulus dalam ujian setingkat SMP. Oleh karena itu H. Asyhuri mendirikan sekolah Tsanawiyah agar pada masa itu bisa membantu orang lain untuk bisa mengikuti ujian tersebut sesuai wilayah yang sudah ditentukan pada masa itu. Akan tetapi banyak juga kepalsuan identitas yang terjadi untuk bisa mengikuti ujian tersebut. Sehingga oleh beliau itu sangat di sayangkan sekali.
Pada masa berdirinya Tsanawiyah terdapat persaingan terhadap Tsanawiyah yaitu SMEP adalah sekolah Kristen pada masa itu. SMEP pada waktu itu mau di Negerikan akan tetapi belum bisa. Barulah tahun 1970 Tsanawiyah bisa di Negerikan yang kepala sekolahnya pertama kali yaitu H. Asyhuri. Kemudian setelah SMEP belum bisa di Negerikan maka SMEP di pindahkan di Kecamatan Tanon.
Perkembangan yang begitu pesatnya membuat wilayah kecamatan plupuh mulai berdiri sekolah-sekolah setingkat SMA. Pada masa itu Veteran mendirikan sebuah sekolah setingkat SMA akan tetapi sekolah tersebu tidak mendapatkan murid sehingga sekolah tersebut tidak dapat di kembangkan. Begitu pula halnya Muhammadiyyah yang mencoba mendirikan sekolah sekolah setingkat SMA, akan tetapi juga tidak dapt dikembangkan karena tidak mendapatkan murid.
Pada tahun 1989, H. Asyhuri mendirikan Madrasah Aliyah Fi’liyah Sragen untuk pertama kalinya yaitu sekolah yang sederajat dengan sekolah menengah atas. Setelah madrasah berjalan selama kurang lebih 6 tahun, kemudian sekolah tersebut menjadi negeri pada tahun 1995. Selama tahun 1989-1995 sekolah tersebut masih bertempat dirumah H. Asyhuri. Kemudian setelah H.Asyhuri mendapatkan tanah wakaf dan proyek untuk membangun sekolah barulah tempat bersekolah di pindahkan.
Perkembangan keagamaan pada saat itu masih begitu banyak persaingan antara agama satu dengan agama yang lainnya. Agama Kristen di kecamatan plupuh merupakan agama Kristen tertua di kabupaten sragen bahkan grejanya juga tertua di kabupaten sragen sekalipun dari wilayah Solo. Perbedaan pemahaman Masyarakat tentang agama islam di masa itupun berbeda-beda pula. Bahkan jauh sebelum persaingan ini terjadi pernah ada persaingan antar PNI dan MASYUMI pada tahun 1955 saat pemilu pertama kali sehingga keadaan saat itu begitu kacaunya.
Seiring berjalannya waktu semua berjalan begitu saja sampai H.Asyhuri menyikapi perbedaan tersebut dengan menyebutnya perbedaan khilafiyah yaitu perbedaan tentang kepercayaan pada masa itu. Beliau menyikapi perbedaan-perbedaan pada masyarakat masa itu dengan mengadakan musyawarah antar ulama yang meliputi satu kecamatan yang membahas perbedaan-perbedaan untuk mengatasinya. Contohnya pada masa itu H. Achmadi yang membahas tentang masalah Qur’an Hadist, H. Asyhuri membahas tentang masalah Hukum Fiqih dan Tarikh, H. Muslim membahas tentang masalah Aqidah, dan H. Hasan membahas tentang masalah Tafsir. Begitulah beliau menyikapinya serta beliau setiap minggu pagi berkumpul dalam pengajian rutin yaitu di masjid Ngganti Warno Sumomorodukuh, kecamatan Plupuh.
Kedisiplinan dalam mendalami ilmu serta menghindari akan perpecahan seperti berkubu haruslah diamalkan agar menjadi kenyamanan dimasyarakat. Toleransi dengan jalan musyawarah juga perlu dilakukan agar semua saling menghargai satu sama lain. Selain toleransi juga telaten dalam membina jamaah dan dakwahnya dengan cara berdakwah tidak hanya dalam wilayah beliau sendiri akan tetapi dengan berdakwah dimana-mana.
Keadaan yang seperti ini tidak akan berlangsung selamanya maka dari itu perlu adanya kaderisasi. Kaderisasi dilakukan dengan pemberian amanah kepada oarng-orang tertentu contoh si A diberi amanah untuk mengurusi zakat mal, si B diberi amanah untuk mengurusi zakat fitrah, si c diberi amanah untuk mengurusi masjid dan masjid diurusi oleh remaja masjid, si D diberi amanah untuk mengurusi pembangunan, serta si E diberi amanah untuk pembendaharaan. Kerjasama yang solid antara pengurus satu dengan yang lainnya akan menghasilkan hasil yang maksimal serta bermanfaat untuk masyarakat.
Niat yang hanya untuk illahi merupakan hal yang penting untuk menjalankan sebuah aktivitas agar kita mendapatkan ridho-NYA. Putus asa hanya akan menjadikan diri sendiri menjadi lemah, maka janganlah kita berputus asa dalam menjalani kehidupan. Setiap orang memiliki pemikiran sendiri-sendiri dalam suatu hal maka dari itu kita harus bersabar dalam menghadapi perbedaan pendapat yang ada dalam masyarakat.

BAB III
Penutup
  1. Kesimpulan

Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa kegiatan keagamaan serta pendidikan perlu di tingkatkan agar kita menjadi manusia yang berkarakter serta berkualitas. Tentunya semua itu bisa diwujudkan dengan niat yang lurus yaitu hanya kepada illahi, serta tidak ada kata berputus asa dalam diri dan sabar dalam menghadapi perbedaan-perbedaan yang ada serta saling bertoleransi dengan jalan musyawarah sehingga akan terciptanya harmoni kehidupan social yang menuju pencerahan dan kemuliaan hidup.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar